Title: This is felt falling in love?
Author : Jenny W.
Genre : romance (rata-rata gini sih) ^^
Type : multichapter
Chapter : third
Fandom : Hey! Say! JUMP
Starring : yamada ryosuke (HSJ), daiki arioka (HSJ), tsukiyomi michiko (OC), thalia (OC), yabu kota (HSJ), chinen yuuri (HSJ), okamoto keito (HSJ), tsukiyomi tsuyori (OC) dan orang-orang yg asal lewat..
Disclaimer :well i'm so late publish this FF.. sorry v.v
This is Felt Falling in love? : Part 3
“apa benar kamu anak laki-laki yg selama ini aku cari yama-chan?” tanyaku pada Ryosuke sambil menatapnya
“un.. aku juga sudah lama mencarimu michiko-chan. Iii desuka aku memanggilmu seperti dulu? hanya menyebutkan nama kecilmu itu?” jawab Ryosuke sambil bertanya kembali.
“un daijoubu yo” jawabku
Ryosuke pun bangkit berdiri.. lalu tanpa sadar dan secara reflex aku memeluknya karna aku kangen dengannya..
“udah lama sekali kita gak ketemu. Kau tau aku sangat kangen dan khawatir pada saat kau pindah? Aku mencarimu kesana dan kemari kau tau?aku mencemaskanmu” kataku
“aku juga senang kita bisa bertemu lagi, aku yakin ini yg namanya takdir”
“un..” jawabku singkat lalu kembali duduk di ayunan itu. Ryosuke pun ikut duduk di sebelah ayunanku. Ryosuke pun kembali membuka pembicaraan.
“umm.. michiko chan”
“hmm?? Nani?” tanyaku dengan pandangan tetap menuju rasi bintang yang saat itu bersinar dengan indahnya
“daisuki yo.. michiko chan” kata Ryosuke sambil memandangku
“eh?!” kataku kaget
“kamu mau gak jadi pacarku?” tanyanya dengan wajah yang memerah
“u.. un.. aku mau” jawabku dengan wajah yang memerah juga.
Malam semakin larut dan Ryosuke pun harus pulang
“nee,, michiko-chan aku harus pulang sekarang, ini sudah malam aku takut orangtuaku nanti malah khawatir” Ryosuke membuka pembicaraan lagi
“aku pikir juga begitu.. ini sudah larut sekali” jawabku
Lalu aku dan Ryosuke berjalan ke halaman depan. Aku mengantar Ryosuke ke depan pintu..
“ja nee.. michiko-chan oyasuminasai.. habis aku pulang kamu langsung tidur ya.. aku gak mau kamu kelelahan lagi mengerti!” perintah Ryosuke
“haik, wakatta yo.. aku akan tidur habis ini” jawabku manis
“soree de ja-nee”
“un.. ja ne”
Lalu aku pun masuk ke dalam rumah dan berjalan ke ruang tamu dan melihat tas yang bukan milikku sendiri dan setelah melihat isinya aku tau ternyata ini tas Ryosuke yg ketinggalan
“mungkin karna ia terburu-buru pulang makanya tasnya ini sampai ketinggalan” pikirku
“sebaiknya aku susul dia deh pasti dia masih ada di sekitar sini” kataku pada diriku sendiri
Lalu aku mengambil tas itu dan pergi keluar untuk mengembalikannya pada Ryosuke dan melewati jalan yg Ryosuke lewati. Sampai tiba-tiba aku melihat seseorang yang berbaju serba hitam menggunakan topi dan masker..
“mau apa orang itu?” tanyaku dalam hati
Dan aku pun tersadar orang itu mengikuti Ryosuke untuk membunuhnya setelah aku melihat ia membawa pisau yg berada di tangan kanannya dan secara reflex aku pun berlari kearah Ryosuke dan menghentikan si pembunuh untuk membunuh Ryosuke tapi ternyata si pembunuh salah menusukan pisaunya.. kini pisaunya ada di perutku aku menahan rasa sakit itu dan aku pun menjerit karna melihat darah yg mengalir dari tubuhku..
“ahh.. kyaa” jeritku karna melihat darah yang membuat Ryosuke akhirnya membalikan tubuhnya dan menahan tubuhku yang akan membentur dinding aspal. Tas Ryosuke yang ku pegang pun jatuh dari tanganku yg, untuk memegangnya tidak kuat sama sekali.
Si pembunuh yang salah dalam membunuh itu pun kabur entah pergi kemana
Ryosuke yg syok melihat ada darah di perutku ia langsung minta bantuan tapi tidak ada yg menanggapinya sehingga Ryosuke menggambil keputusannya sendiri
“michiko-chan aku mohon bertahanlah” kata Ryosuke
Aku yg masih setengah tersadar mendengar kata-katanya dan setelah itu aku tidak bisa menahan rasa sakit itu sehingga aku pingsan total..
Ryosuke POV~~
lalu aku menggendong michiko dan aku berlari hingga ke jalan raya menghetikan sebuah taksi yg melintas dan mengarahkan taksi itu ke sebuah rumah sakit yang biasa aku masuki.
Setelah taksi itu sampai di rumah sakit aku memberikan sejumlah uang untuk membayar taksi tersebut dan dengan setengah berlari aku masuk ke dalam rumah sakit itu
“suster tolong.. suster tolong” beberapa kali aku memanggil-manggil seorang perawat agar datang membawa tempat tidur dorong, aku sudah tidak kuat menggendong diriku karna dia sendiri sudah kelelahan karna berlarian masuk ke rumah sakit dengan menggendong tubuhku yg sedang pingsan ini.
Lalu seorang perawat pun datang sambil membawa rekan-rekannya dan juga tempat tidur dorong..
“tolong rebahkan anak itu disini” salah seorang suster berbicara pada aku
“ahh,, sudah.. tolong suster selamatkan dia” pinta aku dengan wajah yg sangat memelas dan panik
“haik wakatta.. kami akan memberikan kemampuan terbaik kami untuk menolong gadis ini” jawab seorang perawat lagi
setelah masuk ke ruang UGD salah seorang suster mengatakan padaku
“sebaiknya kamu tunggu di luar dan biarkan proses penyelamatan ini berjalan lancer dan lebih baik kamu berdoa agar tidak ada yg menghambat proses ini”
“un.. wakatta.. aku akan berdoa sampai michiko sembuh total” jawabku
Satu jam aku menunggu rasa khawatir, gelisah, dan takut menyelimuti perasaanku saat ini menjadi satu.. aku menelpon chii, daiki, keito, bahkan sampai ke thalia bahwa michiko masuk rumah sakit. sampai 1jam setengah kemudian seorang dokter keluar ruangan dan memberikan kabar
“michiko memerlukan banyak darah. Aku tau dia terkena penyakit anemia dan sampai sekarang ia belum sembuh oleh karna itu darahnya terus menerus menurun hingga sampai tinggal setengah dari darah yang ada di tubuhnya. Kami memerlukan golongan darah A+ secepat mungkin tapi setelah di cek ternyata stok darah yang ada di rumah sakit sudah habis dan sekarang kalian punya waktu setengah jam untuk mencari darah itu kalau tidak maka..” dokter itu tidak dapat melanjutkan kata-katanya ia hanya bisa tertunduk menyesal
“wakatta.. jadi sekarang aku harus mencari pendonor yg gol. Darahnya A kan?” Tanyaku dengan panik
tak lama kemudian thalia, chinen, daiki, dan keito pun datang. dan tidak sengaja mendengar kata kata dokter itu
“Gol. Darahku A, gunakan darahku aja dulu” jawab thalia
“Gol. Darahku juga A” kata daiki
“baiklah kalian akan diperiksa dulu untuk di sesuaikan dan akan dipastikan tidak memilliki penyakit yg bisa menular, kalian berdua ikut saya”kata sang dokter
Kondisiku yg masih dalam ruang operasi pun terus menerus menurun. Setelah selesai melakukan pengecekan..
“baiklah kalian ke ruang donor untuk di ambil darahnya”
Thalia dan Daiki pun mengikuti dokter yang menangganiku itu. Dan setelah selesai dokter memasukan darah itu ke dalam tubuhku sehingga aku pulih kembali
Lalu seorang dokter keluar dari ruang operasi aku dan yg lain berdiri dari tempat kami duduki
“bagaimana dokter keadaan michiko?” Tanyaku khawatir
“operasinya berhasil sekarang dia akan di mesukan ke ruang rawat hingga menunggu kondisinya benar-benar pulih baru dia bisa pulang” kata dokter
“lalu apa dia sudah bisa dijenguk?” Tanya thalia kali ini yg mukanya sudah pucat
“iya dia sudah bisa dijenguk tapi kalian tidak boleh berisik karna dia masih harus banyak istirahat” jawab sang dokter lagi
“un wakatta” jawab serempak
Lalu aku, Daiki, Thalia, dan Chinen mengikuti dokter dan aku yg sedang terbaring di tempat tidur. Mereka mengikutinya untuk mengetahui kamar rawatku. Setelah sampai dokter memasangkan alat untuk membantu pernafasanku lalu pergi.
“michiko-chan seharusnya kau tidak menolongku kalau pada akhirnya” kataku sambil mengelus keningnya
“yama-chan klo gitu aku, dan chii-ku pulang duluan ya” kata daiki
“wakatta.. memang kalian harus pulang ini sudah malam sekali.. maaf ya mengganggu kalian” jawab Ryosuke
“un daijoubu” jawab Chinen polos
“kalau gitu kami pulang dulu ya” jawab Daiki
“jya ne” kata Daiki dan Chinen yg nyaris berbarengan
“un.. jya ne.. oyasuminasai” jawabku
aku hanya bisa diam melihat kondisi michiko yg sekarang terbaring lemah terbaring di tempat tidur dan aku pun hanya bisa menyalahkan diriku sendiri
“seandainya waktu itu kamu gak datang menolongku kau tidak akan sampai sepeti ini michiko-chan.. aku mohon cepat sembuh michiko-chan kalau tidak aku akan terus merasa bersalah padamu” kataku dalam hati
“yama-chan jangan sedih aku percaya michiko adalah anak yg kuat dy pasti cepat sembuh.. jd jangan sedih lg pula kalau kamu sedih yg ada michiko tidak sembuh-sembuh” kata Thalia menenangkan perasaanku
“un.. wakatta.” Jawab Ryosuke singkat
“kalau gitu aku harus pulang mamaku pasti mencariku.. sore de jya-ne” kata Thalia
“un jya ne oyasuminasai”
“oyasumi, tolong jaga michiko-chan ya” kata Thalia lg
“mochiron” jawab Ryosuke
Lalu Thalia keluar dari ruangan dan bertekat siapa yg sebenarnya berusaha mencelakakan ryosuke dan mencoba membunuh ryosuke tp yg terkena imbasnya adalah aku.
“gak akan ku maafkan kalau aku sampai ketemu penjahat itu” tekat Thalia dalam hati
Setelah Thalia pergi di ruangan hanya tinggal aku dan michiko yang tertidur di tempat tidur
“seandainya waktu itu aku tidak kelupaan tasku, seandainya kau tidak dating membawakan tasku, dan seandainya kau tidak mencoba menolongku kau pasti masih ada di rumah” kataku sambil menintikan air mata yg jatuh ke wajahku. Dia tau sebenernya karakternya tidak cengeng seperti itu.
Michiko POV~~
“yama-chan” jawabku lirih karna masih lemas dan masih terasa sakit karna jahitan di perutnya belum kering total
“ahh.. michiko-chan.. kamu udah sadar.. kamu gak apa-apa kan? Apa ada yang sakit?” Tanya Ryosuke bertubi-tubi. Lalu dia memanggil dokter dan dokter yg merawatku pun datang
“tolong permisi sebentar.. saya ingin memeriksa kondisinya” kata dokter yg merawatku itu
“hmm kondisinya sudah membaik tinggal mengeringkan jahitannya saja” lanjut kata dokter itu setelah memeriksaku
Aku hanya bisa terbaring lemah di tempatku
“kira-kira berapa hari michiko-chan bisa keluar dr rumah sakit?” Tanya Ryosuke sambil berlinangan air mata karena rasa khawatir dan senangnya bercampur aduk
“hmm.. kira-kira 3-5 hari setelah luka jahitannya benar-benar sembuh” jawab dokter itu
“haik wakatta.. arigatou dokter” kata Ryosuke
“douita shimashita” jawab dokter lalu pergi meninggalkan ruanganku
Setelah dokter itu pergi, Ryosuke kembali mengelus keningku dengan tangannya yg lembut.
“doushite?” Tanya Ryosuke
“hmm? Dooushite nani yo yama-chan?” Tanyaku kemudian karna bingung pertanyaan Ryosuke
“kenapa kamu melindungiku? Kenapa kamu menolongku? Kau tau aku sangat khawatir”
“gomen ne.. aku menolongmu karna aku gk mau kehilangan sahabat dr kecil yg aku sayangi” jawabku
Lalu aku bangun dari tempat tidur tanpa mempedulikan jahitan yg masih belum kering di perutku
“dame yo.. kau belum boleh bangun kalau kamu bangun nanti jahitannya kebuka lagi” kata Ryosuke yg mencoba membaringkan tubuhku lg
“tapi aku gk mau tidur terus. Pegel tau” kataku
“tp tetap aja kamu gk boleh bangun dulu sampai kata dokter boleh” kata Ryosuke
Aku yg kesal hanya bisa menurutinya saja sambil mengembungkan pipi. Ryosuke yg melihat itu hanya bisa tertawa karna wajahku yg sudah seperti anak kecil yg tidak di belikan mainan.
“hahahaha” tawa Ryosuke meledak karna mukaku itu
“hidoii yo” jawabku dengan gerutu sambil manyun
“ahh gomen. Habis mukamu lucu seperti anak-anak” jawab Ryosuke
“huh.. kenapa banyak yg bilang gitu sih?” gerutuku
“memang mukamu itu lucu sih kayak anak-anak” jawab Ryosuke sambil mencubit pipiku
“itaii yo.. nanti pipiku tambah melar nih” jeritku karna cubitan Ryosuke
“biarin aja, biar tambah lucu” jawabnya
Aku yg mendengar itu hanya bisa bengong dan tersenyum. Sampai seketika ponselku berbunyi
“moshi moshi tsuyori-chan doushite” tanyaku heran
“oee-chann kamu dimana aku khawatir nih” jawab tsuyori sambil berteriak membuat telingaku sakit
Tiba-tiba Ryosuke mengambil ponselku dan dia yg berbicara pada tsuyori
“tsuyori-chan.. yamada ryosuke desu.. kamu jangan kaget dulu lebih baik kamu ke rumah sakit dekat tempatmu dan bawakan baju tidur ganti buat kakakmu ini” kata Ryosuke
“apa di rumah sakit? Iya aku kesana secepatnya” kata Tsuyori
Lalu Ryosuke menutup telponnya
“kau ini kan aku yg sedang berbicara dengan tsuyori” protesku kesal
“maa.. gomen ne.. aku kan gk mau dia sampai kaget juga jd kusuruh dia kesini sambil membawa baju untukmu” jawab Ryosuke asal
“kau ini” jawabku singkat sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian tsuyori dating dengan wajah panik, pucat, dan khawatir
“onee-chan kamu kenapa?” Tanya tsuyori dengan wajah pucat pasi yang melihatku hanya bisa terbaring di tempat tidur
“ahh.. aku gak apa-apa koq” jawabku sambil mencoba membangunkan tubuh untuk duduk
“kau ini sudah di bilang berapa kali sih. Kau gk boleh bangun dulu jahitan di perutmu itu belum kering” kata Ryosuke memperingatkan sambil membaringkan tubuhku lagi
“ehh??!! Onee-chan apa maksudnya dengan jahitan?” Tanya Tsuyori sambil sedikit berteriak
“ahh.. itu.. itu” aku gelagapan
“ya tadi gara-gara menolongku dia jadi tertusuk pisau” jawab Ryosuke dengan wajahnya yg merenung
Tsuyori yg melihat wajah Ryosuke ia langsung mengganti topic pembicaraan
“maa.. yg udh lewat ya sudah.. ngomong-ngomong yg bayar biaya rumah sakit ini siapa dong? Kami gk ada uang buat bayar biayanya” kata Tsuyori khawatir
“ahh.. benar juga” kataku membenarkan kata Tsuyori
“tenang saja kalian berdua tidak usah khawatir karna kau telah menolongku maka sekarang aku yg harus membayarnya bukan? Jadi aku yang akan menanggung biayanya” jawab Ryosuke
Malam itu kami terlalu banyak berbincang-bincang sampai malam jam 11 sehingga membuatku ngantuk
“nee.. minna sepertinya aku mulai mengantuk nih” kataku. Sambil menguap karna saking ngantuknya. Lalu Ryosuke melihat jam tangannya yg menunjukan angka 11 yang artinya jam 11 malam
“maa.. ini memang sudah malam. Lagi pula kau memang harus banyak istirahat. Jadi tidur lah. Aku juga sudah harus pulang. Jha-ne oyasuminasai” kata Ryosuke sebelum meninggalkan ruanganku
“un.. oyasumi” jawabku singkat
Aku melihat Tsuyori yang sudah tertidur lelap di samping tempat tidurku. Lalu aku mencari sebuah selimut di sebuah laci dekat tempat tidurku yang ternyata ada. Lalu aku mengambilnya, membuka selimut itu dan menyelimuti tubuh Tsuyori hingga tertutupi sepenuhnya.
Setelah Ryosuke sampai di rumahnya
“kamu ini dari mana saja Ryo-kun?” Tanya mamanya Ryosuke
“tadi aku habis dari rumah teman tp tiba-tiba ada orang yg ingin mencoba membunuhku lalu..” belum selesai dengan kata-katanya mamanya sudah memotongnya
“apa?! Ada yang mencoba membunuhmu?” Tanya mamanya tersebut
“haik.. lalu temanku membawakan tasku yg ketinggalan di rumahnya dan dia menyadari ada yg mengincarku jadi dia menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungiku. Setelah itu aku membawanya ke rumah sakit, aku baru sadar kalau dia ada penyakit anemia jadi waktu sampai di rumah sakit dia membutuhkan donor darah dan saat itu kebetulan stok darahnya habis jadi aku mencari bantuan lewat temanku yg lain” kata Ryosuke menjelaskan panjang lebar
“sou ka. Baiklah lain kali kau beritahu dulu kalau kau pulang larut ya” kata mama Ryosuke
“haik. Wakatta. Gomenasai” jawab Ryosuke
“ii desu yo.. demo.. lain kali bilang ya”
“haik haik” jawab Ryosuke singkat
Lalu dia jalan ke arah kamarnya dan segera tidur karna besok dia harus bangun pagi-pagi
----------------------- ---------------------------------- --------------------------
Siang harinya
Setelah Ryosuke selesai dengan latihannya ia kembali ke rumah sakit dimana aku dirawat karna kejadian percobaan pembunuhan itu
“konnichiwa” sapa Ryosuke setelah mengetuk dan membuka pintu ruangan VIP tempatku.
“konnichiwa” jawabku dengan Thalia berbarengan
“ahh.. Konnichiwa Yamada-sempai” kata Tsuyori yg sedang mengupas apel
Ryosuke membalas kata-kata Tsuyori hanya dengan senyumnya
“ya ampun gw baru tau ternyata senyumnya manis gitu” kataku dalam hati
“douu.. michiko-chan apa kamu sudah mendingan?” Tanya Ryosuke
“un.. jauh lebih baik.. ya biarpun pegel banget harus tiduran terus seperti ini” kataku
“haha.. tahan saja sebentar lagi juga jahitannya kering koq. Jadi kamu bisa berdiri lagi” jawab Ryosuke menenangkan
“un, wakatta. Aku memang harus sabar-sabar menunggu koq.” Jawabku singkat
“ya elah memang harus sabar michiko-chan. Makanya jangan bangun-bangun mulu” kata Thalia menyindir
“hei kau menyindirku ya?”kataku membuat semua yg ada di ruangan itu tertawa kecil
“konnichiwa” tiba-tiba daiki dan chinen masuk membawa rangkaian bunga
“konnichiwa” jawabku serempak dengan yang lain
“gimana michiko-chan? Daijoubu desuka?” Tanya daiki
“un,, daijoubu”
“itaii desuka?” Tanya chinen dengan polosnya
“tentu saja sakit” jawabku dengan nada sedikit di tekan
Chinen hanya tersenyumm jahilnya. Lalu semua terdiam tanpa ada sedikit kata-kata pun.sampai akhirnya aku juga yg membuka pembicaraan
“arigatou minna. Kalian udah dating untuk menjengukku” kataku pelan
“tentu saja kau kan sahabat baikku” kata Thalia
“mocchiro yo, kau kan sudah jadi bagian dari teman kami” kata daiki
“sou sou” kata chinen dengan wajah polosnya dengan memamerkan gigi kelincinya itu
Aku tersenyum melihat tingkah chinen yg polo situ. Sampai waktunya pemeriksaan dokter yg merawatku pun masuk dan memeriksa keadaanku.setelah selesai memeriksa..
“hmm.. kondisinya semakin bagus nih.. jahitannya juga sudah mulai kering. Mungkin lusa kamu sudah boleh pulang” kata dokter
“hontou ni?”
“hontou” jawab dokter itu
“yatta” kataku sambil sedikit berteriak
“yokatta na michiko-chan” kata Ryosuke
“un.. haha.. yatta” kataku karna saking girangnya
Aku pun kembali jadi gadis yg cerewet dan juga riang. Ryosuke hanya menatapku dengan senyum. Aku pun melihatnya dengan terheran-heran
“hmm?? Doushite yama-chan?” Tanyaku kemudian karna penasaran
“ahh,, iiee.. nandemonai” kata Ryosuke dengan wajah yg sedikit memerah dan panic
“hontou?” tanyaku lagi
“un.. hontou” jawabnya
Lalu yg lain hanya menatap Ryosuke sedang aneh dan terus ngobrol menemaniku sampai jam 5 sore..
“tsukiyomi-san aku, chinen, dan keito pulang dulu ya” kata daiki
“un. Apa kamu mau bareng dengan mereka thalia-chan? Kalau mau aku gk apa-apa koq” kataku bertanya ke Thalia
“ahh. Aku bisa pulang sendiri koq.. lagi pula aku masih mau menemanimu disini” kata Thalia dengan wajahnya yg sedikit di tekuk karna dia tau maksudku
“wakatta” jawabku singkat
“sore de jya ne” kata chinen dengan riangnya seperti terbebas dari penjara
“un” jawabkku singkat
“jaga kesehatan ya” kata daiki
“jangan lupa minum obat dan istirahat” kata keito
“un.. wakatta.. arigatouu” jawabku
“seneng banget punya temen perhatian kayak mereka” kataku dalam hati
“ne.. michiko-chan besok kau mau buah apa?” Tanya Thalia
“hmm.. aku mau jus strawberry ya” jawabku dengan riang
“kamu suka strawberry ya?” Tanya Ryosuke kemudian
“iya banget tuh.. suka banget malah tuh si michiko-chan sampai kayak orang maniak sana strawberry dia” jawab Thalia menggantikan aku berbicara
“hehe” jawabku dengan senyum
“aku juga suka, kalau gitu aku juga mau ya” kata Ryosuke dengan mata yg berbinar-binar seperti anak kecil minta dibelikan mainan
“yasudah.. sebagai gantinya kau temani aku belanja ya” kata Thalia
“yatta” teriak Ryosuke kegirangan sampai salah seorang perawat masuk
“maaf.. suaranya di pelankan sedikit ya karna disini juga banyak pasien” kata seorang suster
“ahh.. gomen” kata Ryosuke singkat dgn wajah yg di tundukan karna malu dan mukanya yg memerah
“humph..” tawa kecilku keluar
“ughh.. kamu ini jangan ditertawai dong” protes Ryosuke
“humph” kali ini Thalia yg tertawa kecil
“ahh.. kau jg sama aja” protes Ryosuke dengan wajahnya yg cemberut
Sesaat tawa kami meledak tp tawa itu hanya pelan dan hanya sesaat
“gomen.. gomen.. habis mukamu lucu sih” kataku sambil mencubit pipi Ryosuke dengan senyum
“huhhh..” gerutu Ryosuke
Sementara yang lain hanya mentertawainya saja
“maa.. kalau begitu aku pergi belanja dulu ya” kata thalia
“un” jawabku singkat
Aku hanya menatap kepergian mereka saja. Thalia dan Ryosuke yang pergi berdua hanya terdiam.
Thali POV~~
Sesaat kemudian aku pun membuka pembicaraan dengan Ryosuke
“umm.. boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku membuka pembicaraan
“Tanya apa?” jawab Ryosuke
“kamu suka sama michiko-chan ya?” Tanyaku to the point
“ehh?! Kau tau dari mana?” Tanya Ryosuke balik
“memang kamu gak nyadar ya? Perhatianmu itu melebihi sahabat” jawabku
“hmm.. sou ka.. jadi sudah ketahuan ya? Memang aku sudah pacaran sama michiko-chan dia cinta pertamaku” jawab Ryosuke sambil memejamkan matanya mengingat masa lalunya yg menyenangkan sebentar
“kalau gitu jaga dia.. dia anak yang baik. Aku suka kalau dia tersenyum hanya saja tubuhnya yg lemah.. kalau aku lihat senyumnya sampai hilang dan itu gara-gara kamu aku gak akan maafin kamu” gertakku
“sudah seharusnya kan.” Jawab Ryosuke sambil tersenyum menatap Thalia
“tapi.. kenapa dia gak cerita sama aku ya?” gerutuku
“dia kan baru sembuh sakit.. lagi pula kami baru pacaran kemarin sebelum michiko masuk rumah sakit” kata Ryosuke sambil tersipu malu
Setelah sampai di supermarket mereka langsung mencari bahan tujuan mereka yaitu strawberry lalu setelah selesai berbelanja Ryosuke mengantar aku pulang dan Ryosuke langsung pulang. Setelah masuk ke rumah aku pun lansung membuat jus strawberry yang aku minta lalu setelah selesai dia masukan ke kulkas agar dingin pada saat dibawa nanti
---------------------- ---------------------- ----------------------
Michiko POV~~
Keesokan harinya di rumah sakit Ryosuke sudah datang sebelum Thalia sampai. Beberapa menit kemudian Thalia datang. sesuai dengan kata Thalia dia datang dengan membawa jus strawberry yang telah dia buat kemarin
“ini untukmu michiko-chan” kata Thalia sambil menyodorkan sebotol penuh jus strawberry
“arigatou Thalia-chan” kataku sambil tersenyum
“lalu buatku mana?” Tanya Ryosuke
“loh bukannya kamu ngak pesen?” kata Thalia menjahili Ryosuke
“aku memesannya koq” jawab Ryosuke dengan wajah yang mulai ditekuk
Aku dan Thalia hanya tertawa melihatnya
“hai..hai.. ini jus strawberry pesananmu. Aku ngak lupa koq” kata Thalia sambil memberikan sebotol penuh juga jus strawberry ditambah dengan senyumnya
Ryosuke yang menerima jus itu hanya tersenyum sumringah
“arigatou Thalia-chan” kata Ryosuke
“douitashimasta” jawab Thalia
Sambil meminum jus yang di buat oleh Thalia kami berbincang-bincang sampai tiba-tiba dokter yg merawatku masuk membuat mata kami teralih ke pintu yg baru saja terbuka dan membuat ruangan hening sejenak
“ah.. kenapa muka kalian seperti orang bingung?” kata dokter
“ehh?! Iee.. nandemo.. kami Cuma kaget aja tiba-tiba pintunya terbuka” jawabku
“haha.. kamu ini.. kamu minum apa?” Tanya sang dokter
“ahh.. ini jus strawberry dokter Thalia yang buat loh” jawabku sambil tersenyum
“wah kayaknya enak tuh” canda dokter
“dokter mau?” Tanya Thalia
“iiee.. saya gak mau.. saya udah kembung.. saya kesini Cuma mau visit pasien sekalian mau meriksa kondisi kamu Michiko-chan” kata dokter itu
“sou ka..” kata thalia
“tolong kalian keluar dulu seperti biasa aku mau memeriksa michiko-chan dulu”
“hai” jawab Thalia disusul oleh Ryosuke
Setelah di periksa Thalia dan Ryosuke pun masuk kembali ke ruangan
“yup kamu udah boleh pulang sekarang” kata dokter
“hontou?” tanyaku
“hontou. Memangnya kamu masih mau disini?” Tanya si dokter dengan candanya
“hehe.. ngak sih.. bosen aku disini mulu” jawabku
Mendengar jawabanku dokter itu pun memberikan surat sudah boleh pulang. Setelah mengurus administrasinya aku pun pulang dengan ditemani oleh thalia dan Ryosuke.
Dalam perjalanan pulang kami bertemu dengan daiki yg wajahnya di tutupi dengan kerudungan jaketnya
“ne.. itu bukannya arioka-kun?” tanyaku
“ahh.. iya itu arioka-kun” kata thalia
“dai-kun” sapaku sambil menepuk pundaknya pelan
Daiki yang di panggil pun langsung menengok dan melihat kea rah kami.. kami yang melihat wajahnya terkejut karna ada darah di sudut bibirnya itu
“dai-kun kamu kenapa?” Tanya thalia sedikit khawatir
“iiee.. daijoubu” jawabnya singkat dan dengan nada sinis
“thalia-chan sebaiknya kamu ajak daiki ke rumahmu untuk di obati dulu” kataku khawatir
“un.. wakatta.. ayo arioka-kun” kata thalia
Daiki hanya mengangguk setuju..
“kalau begitu aku pulang dulu ya” kataku sambil menarik lengan Ryosuke
“eh?!” kata Ryosuke spontan dengan jawabannya yang pelan
Aku melihat Ryosuke dengan tatapan ada maksud, Ryosuke mengerti maksudku dan menyetujuinya saja
“baiklah aku antar michiko-chan pulang dulu ya.. jaa-ne” kata Ryosuke
“jaa-ne.. kiotsukero ne” kataku
“un jaa-ne” kata daiki thalia hanya menatapku dengan senyum
“ayo yama-chan” kataku
“un” jawabnya singkat
Lalu aku dan Ryosuke pun pergi meninggalkan thalia dan daiki berdua. Saat di jalan menuju ke rumahku aku sedikit ngobrol dengan Ryosuke
“ne.. michiko-chan” kata Ryosuke
“doushita yama-chan?” tanyaku
“aku mohon jangan panggil aku seperti itu” kata Ryosuke sambil memohon
“lalu mau di panggil apa dong?”
“panggil aku dengan namakecilku saja”
“eh?!” sebentar aku berhenti di tengah jalan karna kaget sambil bengong karna bingung
“aku ingin kau memanggilku seperti itu.. apa kamu gk mau?” tanyanya balik
“iiee.. bukan begitu.. hanya saja aku..” aku terdiam sesaat sampai Ryosuke menanyakannya kembali
“hanya apa? Kau tidak terbiasa?”
“un.. aku gak kebiasa memanggil nama kecilmu” jawabku sambil pandangan tetap tertuju lurus pada jalanan
Lalu ryosuke berhenti melangkah, aku yg melihat ryosuke berhenti aku pun menghentikan langkahku
“kalau gitu kau coba aja dulu.. siapa tau nanti kau jadi terbiasa” katanya sampai wajahnya merona
“wakatta ry.. ry.. ryo-kun” kataku dengan wajah yang sedikit memerah
“nah gitu dong” kata Ryosuke sambil memperlihatkan senyumnya
Lalu aku dan Ryosuke berjalan dan berjalan sampai aku tiba di depan rumahku
“jaa-ne.. arigatou.. sudah mengantarku pulang” kataku
“douitasimasta. Jaa-ne” kata ryosuke
Lalu Ryosuke menatapku yang akan berjalan selangkah menuju rumah dan dengan gerakan tangan yang cepat dia menarik lengan kananku sehingga aku melihat ke arah wajahnya setelah itu tanpa sadar dia mencium kenigku.. aku tidak bisa berkata apa pun yang aku bisa hanya bengong dan terdiam.
“sudah ya.. hati-hati di rumah. Jaa-ne” kata ryosuke sambil menjauhkan wajahnya dariku dan berlari sambil meninggalkan tempatku
Aku hanya bisa terdiam dan bengong di depan pintu masuk rumahku
“yang barusan itu Ryo mencium keningku?” tanyaku dalam hati sambil membuyarkan lamunanku dan berjalan masuk ke dalam rumah denga wajah yang memerah
Thalia POV
Setelah sampai di rumahku aku langsung mengambil kotak obat dan memakaikannya ke Daiki
“kamu ini kenapa bisa sampai kayak gini sih?” tanyaku
“nandemonai.. sebenarnya tadi hanya berkelahi sedikit” jawab daiki enteng
“apa?! Sedikit? Sampai buat sudut di bibirmu ini berdarah? Itu kamu bilang sedikit?” Tanyaku dengan sedikit emosi sampai membuat daiki yang sedang ku obati kesakitan
“itaiii.. pelan-pelan dong. Ya sudah lah ini luka ringan koq” jawabnya asal sampai menahan rasa perihnya
“kalau gitu tahan sedikit dong kamu kan cowo.. masa merintih gitu sih.. tadi di pukul sampai berdarah gini bisa nahan rasa sakitnya masa sekarang enggak?” jawabku dengan cuek
“wakatta wakatta”
“sudah selsai nih... kamu laper gk?” tanyaku sambil membereskan obat-obat yg kupakai untuk mengobati daiki tadi
“arigatou.. hmm.. laper sih” jawab daiki
“kalau gitu aku masak dulu ya”
“memang kamu bisa masak?” Tanya daiki
“heii.. jangan meremehkanku dong.. aku bisa masak koq.. ya biarpun gk seenak michiko yang buat” jawabku
“hahaha.. aku gak meremehkanmu koq” kata Daiki sambil tersenyum
Aku juga hanya bisa membalas dengan senyum juga sambil melangkahkan kakiku menuju dapur. Pada saat aku sedang berada di dapur dan sedang memotong sayuran untuk direbus tiba-tiba daiki memelukku
“a.. apa?” tanyaku dalam hati karna bingung
“aku tau kamu bingung, kenapa aku memelukmu kan? Datte daisuki dakara” kata daiki sambil mempererat pelukannya
Aku terdiam sesaat
“jadi apa kamu mau menjadi pacarku” Tanya Daiki lagi yang masih memelukku
“a.. a.. aku.. aku mau” jawabku malu-malu
“hontou?” Tanya Daiki lagi sambil membalikan badanku untuk menghadap wajahnya
“un” jawabku singkat dengan wajah yang memerah dan malu-malu
“yatta” jawabnya lagi sambil tersenyum, melepaskan pelukannya dan kembali memelukku lebih erat.
“ughh.. daiki sesak.. kau memelukku terlalu erat” jawabku dengan nafas yang susah payah. Setelah mendengar kata-kataku daiki baru melepaskan pelukannya aku pun menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kembali karna sesak
“ahh.. gomen gomen” katanya sambil tersipu malu
“un.. daijoubu” kataku
Lalu dia memelukku lebih lembut dari pada tadi
***
Michiko POV
Keesokan harinya aku pergi dengan thalia ke studio JUMP, ya itu pun karna thalia yang mengajakku pergi sih. Dia memaksaku untuk ikut biar pun sebenarnya aku tau alasannya kenapa dia pingin banget ke sana, apa lagi kalau bukan ketemu ma daiki orang yang dia suka?
“nah kita sudah sampai” kataku berhenti di depan sebuah pintu dengan tulisan ‘studio’ tersebut
“ayo kita masuk” kata thalia bersemangat
“haii haii” kataku malas
Setelah sampai di depan pintu tempat JUMP latihan aku pun membuka pintu,
“konichiwa” sapa ku yang masih di depan pintu tersebut
Serentak mereka semua melihat ke arahku dan thalia. Daiki pun menghampiri thalia yang sudah berdiri di sampingku
“konichiwa thalia-chan” kata daiki setelah berdiri dihadapan thalia. Thalia hanya bisa tersipu malu dan bercampur senang
“konichiwa” sapa thalia
“yabu-kun aku minta break 30 mnt ya” kata daiki
“haii.. wakatta” kata yabu yang masih terduduk sambil mengatur napasnya setelah latihan.
“emm.. kita ngobrol di luar yuk biar bisa berdua aja” ajak daiki sambil berbisik tepat di telinga thalia. Thalia hanya bisa mengangguk tanda setuju
Aku pun hanya bisa diam mematung melihat mereka keluar ruangan. Baru berjalan selangkah aku akan keluar dari ruangan itu tapi ternyata Ryosuke memanggilku
“matte michiko-chan” kata Ryosuke menghentikan langkahku
“nande?” tanyaku dengan salah tingkah akibat kemarin
---flash back---
“ne.. michiko-chan” kata Ryosuke
“doushita yama-chan?” tanyaku
“aku mohon jangan panggil aku seperti itu” kata Ryosuke sambil memohon
“lalu mau di panggil apa dong?”
“panggil aku dengan namakecilku saja”
“eh?!” sebentar aku berhenti di tengah jalan karna kaget sambil bengong karna bingung
“aku ingin kau memanggilku seperti itu.. apa kamu gk mau?” tanyanya balik
“iiee.. bukan begitu.. hanya saja aku..” aku terdiam sesaat sampai Ryosuke menanyakannya kembali
“hanya apa? Kau tidak terbiasa?”
“un.. aku gak kebiasa memanggil nama kecilmu” jawabku sambil pandangan tetap tertuju lurus pada jalanan
Lalu ryosuke berhenti melangkah, aku yg melihat ryosuke berhenti aku pun menghentikan langkahku
“kalau gitu kau coba aja dulu.. siapa tau nanti kau jadi terbiasa” katanya sampai wajahnya merona
“wakatta ry.. ry.. ryo-kun” kataku dengan wajah yang sedikit memerah
“nah gitu dong” kata Ryosuke sambil memperlihatkan senyumnya
Lalu aku dan Ryosuke berjalan dan berjalan sampai aku tiba di depan rumahku
“jaa-ne.. arigatou.. sudah mengantarku pulang” kataku
“douitasimasta. Jaa-ne” kata ryosuke
Lalu Ryosuke menatapku yang akan berjalan selangkah menuju rumah dan dengan gerakan tangan yang cepat dia menarik lengan kananku sehingga aku melihat ke arah wajahnya setelah itu tanpa sadar dia mencium kenigku.. aku tidak bisa berkata apa pun yang aku bisa hanya bengong dan terdiam.
“sudah ya.. hati-hati di rumah. Jaa-ne” kata ryosuke sambil menjauhkan wajahnya dariku dan berlari sambil meninggalkan tempatku
Aku hanya bisa terdiam dan bengong di depan pintu masuk rumahku
“yang barusan itu Ryo mencium keningku?” tanyaku dalam hati sambil membuyarkan lamunanku dan berjalan masuk ke dalam rumah denga wajah yang memerah
---flash back end---
“ bisa kita bicara sebentar?” tanya Ryosuke
“tentang apa?” tanyaku dengan heran
“kita bicara diluar” kata Ryosuke sambil menarik tanganku, aku hanya bisa mengikuti langkahnya
Setelah kami keluar kami bicara di kantin sambil memesan 2 gelas minuman
“jadi kau mau bicara apa?” tanyaku lagi
“maaf atas kejadian kemarin malam” kata Ryosuke
Aku menghiraukan perkataan Ryosuke dan tidak mengatakan satu kata pun. Sehingga tercipta keheningan sesaat. Aku mengaduk-aduk segelas jus strawberry yang dari tadi belum aku minum.
“ne.. apa kau marah” tanya Ryosuke padaku yang dari tadi masih mengaduk-aduk minumanku
“untuk apa aku harus marah? Marah kan gak ada gunanya” kataku sambil menghentikan mengaduk minumanku dan menatap mata coklatnya lekat-lekat.
“ku kira kau marah karna aku..” Ryosuke menggantukan kalimatnya
“karna kau mencium keningku?” kataku dengan wajah yang mulai memerah
“maaf ya” kata Ryosuke sambil menelan ludahnya
“un.. daijoubu” kataku sambil tersenyum
“arigatou” kata Ryosuke
“douitashimasta. Ayo kita kembali pasti yang lain sudah menunggu” kataku
“un” jawabnya singkat
Aku dan Ryosuke pun kembali ke tempat JUMP latihan dengan masalah yang sudah selesai
“tadaima” kataku dan Ryosuke berbarengan
“okaeri” kata chinen dengan riangnya karna kehadiran ryosuke lagi
“dari mana saja kalian berdua?” tanya yabu kemudian
“abis dari kantin beli minum sekalian ngobrol” kata Ryosuke
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“sou ka” kata yabu
Sementara itu daiki dan thalia sedang berjalan jalan mengelilingi studio sambil bergandengan tangan. Dan beberapa saat kemudian setelah aku dan Ryosuke kembali, mereka kembali sambil bergandengan tangan.
“wow.. kalian berdua udah pacaran ya?” kataku asal membuat wajah mereka memerah
Mereka tidak menjawab malah thalia mengajakku pulang.
“ne.. michiko-chan kita pulang yuk.. kasian mereka mau latihan lagi” kata thalia
“un. Wakatta. Minna jya-ne” kataku
Lalu aku dan thalia pun meninggalkan studio tempat mereka dan pulang dengan berjalan kaki bersama thalia. Aku pun mulai membuka pembicaraan
“jadi kapan kau sudah pacaran sama daiki?” tanyaku penasaran
“umm.. baru kemarin sih” jawabnya malu malu
“ehh.. cepat sekali.. omedetto ya”
“hehe.. arigatou” kata thalia kembali
Lalu pponselku pun bergetar tanda sms masuk dan kubuka
From: Ryo-kun
Michiko chan besok kita kencan yuk.. aku yang teraktir deh
Ryosuke-
Aku pun membalasnya
To: Ryo-kun
Un.. jam berapa? Lalu kita bertemu dimana?
Michiko~
Lalu aku mengirimnya.. cukup lama belum ada balasan datang sampai aku menyadari ada seseorang mengikuti.. aku pun mempercepat langkahku.. memang akhir akhir ini ada yang mengikiutiku kemanapun aku pergi tapi aku gak menghiraukannya. Karna kupikir itu hanya perasaanku ternyata aku salah.. aku yakin itu orang yang kemarin.. aku pun mengeluarkan ponselku sambil berlari aku menghubungi Ryosuke aku pun menekan dial. Hubungan tersambung aku langsung berteriak dengan panic
“Ryo-kun tasukete.. ada orang yang…. Hmftt” kataku belum selesai karna orang yang mengikutiku itu dapat mengejarku dan membekap hidung sampai mulutku dengan sapu tangan yang telah diberikan obat bius.. aku pun memberontak tapi aku segera pingsan karna obat bius itu. ponselku masih terhubungi dengan Ryosuke.
“moshi moshi..” kata Ryosuke
“moshi moshi?” kata Ryosuke lagi kali ini dengan nada khawatir.
Berulang kali dia mengucapkan kata kata itu tapi tidak ada jawaban. Ryosuke pun mulai panik..
“sebenarnya ada apa ini?” tanyaku dalam hati sambil setengah sadar
---------------------- ----------------- ----------------------
TBC ya^^.. gomen minna lama menunggu >
Biasa lah karna urusan sekolah n kerjaan blm kelar jd lama >
Hontouni gomenasai v.v seperti biasa juga comment ya^^
Author : Jenny W.
Genre : romance (rata-rata gini sih) ^^
Type : multichapter
Chapter : third
Fandom : Hey! Say! JUMP
Starring : yamada ryosuke (HSJ), daiki arioka (HSJ), tsukiyomi michiko (OC), thalia (OC), yabu kota (HSJ), chinen yuuri (HSJ), okamoto keito (HSJ), tsukiyomi tsuyori (OC) dan orang-orang yg asal lewat..
Disclaimer :well i'm so late publish this FF.. sorry v.v
This is Felt Falling in love? : Part 3
“apa benar kamu anak laki-laki yg selama ini aku cari yama-chan?” tanyaku pada Ryosuke sambil menatapnya
“un.. aku juga sudah lama mencarimu michiko-chan. Iii desuka aku memanggilmu seperti dulu? hanya menyebutkan nama kecilmu itu?” jawab Ryosuke sambil bertanya kembali.
“un daijoubu yo” jawabku
Ryosuke pun bangkit berdiri.. lalu tanpa sadar dan secara reflex aku memeluknya karna aku kangen dengannya..
“udah lama sekali kita gak ketemu. Kau tau aku sangat kangen dan khawatir pada saat kau pindah? Aku mencarimu kesana dan kemari kau tau?aku mencemaskanmu” kataku
“aku juga senang kita bisa bertemu lagi, aku yakin ini yg namanya takdir”
“un..” jawabku singkat lalu kembali duduk di ayunan itu. Ryosuke pun ikut duduk di sebelah ayunanku. Ryosuke pun kembali membuka pembicaraan.
“umm.. michiko chan”
“hmm?? Nani?” tanyaku dengan pandangan tetap menuju rasi bintang yang saat itu bersinar dengan indahnya
“daisuki yo.. michiko chan” kata Ryosuke sambil memandangku
“eh?!” kataku kaget
“kamu mau gak jadi pacarku?” tanyanya dengan wajah yang memerah
“u.. un.. aku mau” jawabku dengan wajah yang memerah juga.
Malam semakin larut dan Ryosuke pun harus pulang
“nee,, michiko-chan aku harus pulang sekarang, ini sudah malam aku takut orangtuaku nanti malah khawatir” Ryosuke membuka pembicaraan lagi
“aku pikir juga begitu.. ini sudah larut sekali” jawabku
Lalu aku dan Ryosuke berjalan ke halaman depan. Aku mengantar Ryosuke ke depan pintu..
“ja nee.. michiko-chan oyasuminasai.. habis aku pulang kamu langsung tidur ya.. aku gak mau kamu kelelahan lagi mengerti!” perintah Ryosuke
“haik, wakatta yo.. aku akan tidur habis ini” jawabku manis
“soree de ja-nee”
“un.. ja ne”
Lalu aku pun masuk ke dalam rumah dan berjalan ke ruang tamu dan melihat tas yang bukan milikku sendiri dan setelah melihat isinya aku tau ternyata ini tas Ryosuke yg ketinggalan
“mungkin karna ia terburu-buru pulang makanya tasnya ini sampai ketinggalan” pikirku
“sebaiknya aku susul dia deh pasti dia masih ada di sekitar sini” kataku pada diriku sendiri
Lalu aku mengambil tas itu dan pergi keluar untuk mengembalikannya pada Ryosuke dan melewati jalan yg Ryosuke lewati. Sampai tiba-tiba aku melihat seseorang yang berbaju serba hitam menggunakan topi dan masker..
“mau apa orang itu?” tanyaku dalam hati
Dan aku pun tersadar orang itu mengikuti Ryosuke untuk membunuhnya setelah aku melihat ia membawa pisau yg berada di tangan kanannya dan secara reflex aku pun berlari kearah Ryosuke dan menghentikan si pembunuh untuk membunuh Ryosuke tapi ternyata si pembunuh salah menusukan pisaunya.. kini pisaunya ada di perutku aku menahan rasa sakit itu dan aku pun menjerit karna melihat darah yg mengalir dari tubuhku..
“ahh.. kyaa” jeritku karna melihat darah yang membuat Ryosuke akhirnya membalikan tubuhnya dan menahan tubuhku yang akan membentur dinding aspal. Tas Ryosuke yang ku pegang pun jatuh dari tanganku yg, untuk memegangnya tidak kuat sama sekali.
Si pembunuh yang salah dalam membunuh itu pun kabur entah pergi kemana
Ryosuke yg syok melihat ada darah di perutku ia langsung minta bantuan tapi tidak ada yg menanggapinya sehingga Ryosuke menggambil keputusannya sendiri
“michiko-chan aku mohon bertahanlah” kata Ryosuke
Aku yg masih setengah tersadar mendengar kata-katanya dan setelah itu aku tidak bisa menahan rasa sakit itu sehingga aku pingsan total..
Ryosuke POV~~
lalu aku menggendong michiko dan aku berlari hingga ke jalan raya menghetikan sebuah taksi yg melintas dan mengarahkan taksi itu ke sebuah rumah sakit yang biasa aku masuki.
Setelah taksi itu sampai di rumah sakit aku memberikan sejumlah uang untuk membayar taksi tersebut dan dengan setengah berlari aku masuk ke dalam rumah sakit itu
“suster tolong.. suster tolong” beberapa kali aku memanggil-manggil seorang perawat agar datang membawa tempat tidur dorong, aku sudah tidak kuat menggendong diriku karna dia sendiri sudah kelelahan karna berlarian masuk ke rumah sakit dengan menggendong tubuhku yg sedang pingsan ini.
Lalu seorang perawat pun datang sambil membawa rekan-rekannya dan juga tempat tidur dorong..
“tolong rebahkan anak itu disini” salah seorang suster berbicara pada aku
“ahh,, sudah.. tolong suster selamatkan dia” pinta aku dengan wajah yg sangat memelas dan panik
“haik wakatta.. kami akan memberikan kemampuan terbaik kami untuk menolong gadis ini” jawab seorang perawat lagi
setelah masuk ke ruang UGD salah seorang suster mengatakan padaku
“sebaiknya kamu tunggu di luar dan biarkan proses penyelamatan ini berjalan lancer dan lebih baik kamu berdoa agar tidak ada yg menghambat proses ini”
“un.. wakatta.. aku akan berdoa sampai michiko sembuh total” jawabku
Satu jam aku menunggu rasa khawatir, gelisah, dan takut menyelimuti perasaanku saat ini menjadi satu.. aku menelpon chii, daiki, keito, bahkan sampai ke thalia bahwa michiko masuk rumah sakit. sampai 1jam setengah kemudian seorang dokter keluar ruangan dan memberikan kabar
“michiko memerlukan banyak darah. Aku tau dia terkena penyakit anemia dan sampai sekarang ia belum sembuh oleh karna itu darahnya terus menerus menurun hingga sampai tinggal setengah dari darah yang ada di tubuhnya. Kami memerlukan golongan darah A+ secepat mungkin tapi setelah di cek ternyata stok darah yang ada di rumah sakit sudah habis dan sekarang kalian punya waktu setengah jam untuk mencari darah itu kalau tidak maka..” dokter itu tidak dapat melanjutkan kata-katanya ia hanya bisa tertunduk menyesal
“wakatta.. jadi sekarang aku harus mencari pendonor yg gol. Darahnya A kan?” Tanyaku dengan panik
tak lama kemudian thalia, chinen, daiki, dan keito pun datang. dan tidak sengaja mendengar kata kata dokter itu
“Gol. Darahku A, gunakan darahku aja dulu” jawab thalia
“Gol. Darahku juga A” kata daiki
“baiklah kalian akan diperiksa dulu untuk di sesuaikan dan akan dipastikan tidak memilliki penyakit yg bisa menular, kalian berdua ikut saya”kata sang dokter
Kondisiku yg masih dalam ruang operasi pun terus menerus menurun. Setelah selesai melakukan pengecekan..
“baiklah kalian ke ruang donor untuk di ambil darahnya”
Thalia dan Daiki pun mengikuti dokter yang menangganiku itu. Dan setelah selesai dokter memasukan darah itu ke dalam tubuhku sehingga aku pulih kembali
Lalu seorang dokter keluar dari ruang operasi aku dan yg lain berdiri dari tempat kami duduki
“bagaimana dokter keadaan michiko?” Tanyaku khawatir
“operasinya berhasil sekarang dia akan di mesukan ke ruang rawat hingga menunggu kondisinya benar-benar pulih baru dia bisa pulang” kata dokter
“lalu apa dia sudah bisa dijenguk?” Tanya thalia kali ini yg mukanya sudah pucat
“iya dia sudah bisa dijenguk tapi kalian tidak boleh berisik karna dia masih harus banyak istirahat” jawab sang dokter lagi
“un wakatta” jawab serempak
Lalu aku, Daiki, Thalia, dan Chinen mengikuti dokter dan aku yg sedang terbaring di tempat tidur. Mereka mengikutinya untuk mengetahui kamar rawatku. Setelah sampai dokter memasangkan alat untuk membantu pernafasanku lalu pergi.
“michiko-chan seharusnya kau tidak menolongku kalau pada akhirnya” kataku sambil mengelus keningnya
“yama-chan klo gitu aku, dan chii-ku pulang duluan ya” kata daiki
“wakatta.. memang kalian harus pulang ini sudah malam sekali.. maaf ya mengganggu kalian” jawab Ryosuke
“un daijoubu” jawab Chinen polos
“kalau gitu kami pulang dulu ya” jawab Daiki
“jya ne” kata Daiki dan Chinen yg nyaris berbarengan
“un.. jya ne.. oyasuminasai” jawabku
aku hanya bisa diam melihat kondisi michiko yg sekarang terbaring lemah terbaring di tempat tidur dan aku pun hanya bisa menyalahkan diriku sendiri
“seandainya waktu itu kamu gak datang menolongku kau tidak akan sampai sepeti ini michiko-chan.. aku mohon cepat sembuh michiko-chan kalau tidak aku akan terus merasa bersalah padamu” kataku dalam hati
“yama-chan jangan sedih aku percaya michiko adalah anak yg kuat dy pasti cepat sembuh.. jd jangan sedih lg pula kalau kamu sedih yg ada michiko tidak sembuh-sembuh” kata Thalia menenangkan perasaanku
“un.. wakatta.” Jawab Ryosuke singkat
“kalau gitu aku harus pulang mamaku pasti mencariku.. sore de jya-ne” kata Thalia
“un jya ne oyasuminasai”
“oyasumi, tolong jaga michiko-chan ya” kata Thalia lg
“mochiron” jawab Ryosuke
Lalu Thalia keluar dari ruangan dan bertekat siapa yg sebenarnya berusaha mencelakakan ryosuke dan mencoba membunuh ryosuke tp yg terkena imbasnya adalah aku.
“gak akan ku maafkan kalau aku sampai ketemu penjahat itu” tekat Thalia dalam hati
Setelah Thalia pergi di ruangan hanya tinggal aku dan michiko yang tertidur di tempat tidur
“seandainya waktu itu aku tidak kelupaan tasku, seandainya kau tidak dating membawakan tasku, dan seandainya kau tidak mencoba menolongku kau pasti masih ada di rumah” kataku sambil menintikan air mata yg jatuh ke wajahku. Dia tau sebenernya karakternya tidak cengeng seperti itu.
Michiko POV~~
“yama-chan” jawabku lirih karna masih lemas dan masih terasa sakit karna jahitan di perutnya belum kering total
“ahh.. michiko-chan.. kamu udah sadar.. kamu gak apa-apa kan? Apa ada yang sakit?” Tanya Ryosuke bertubi-tubi. Lalu dia memanggil dokter dan dokter yg merawatku pun datang
“tolong permisi sebentar.. saya ingin memeriksa kondisinya” kata dokter yg merawatku itu
“hmm kondisinya sudah membaik tinggal mengeringkan jahitannya saja” lanjut kata dokter itu setelah memeriksaku
Aku hanya bisa terbaring lemah di tempatku
“kira-kira berapa hari michiko-chan bisa keluar dr rumah sakit?” Tanya Ryosuke sambil berlinangan air mata karena rasa khawatir dan senangnya bercampur aduk
“hmm.. kira-kira 3-5 hari setelah luka jahitannya benar-benar sembuh” jawab dokter itu
“haik wakatta.. arigatou dokter” kata Ryosuke
“douita shimashita” jawab dokter lalu pergi meninggalkan ruanganku
Setelah dokter itu pergi, Ryosuke kembali mengelus keningku dengan tangannya yg lembut.
“doushite?” Tanya Ryosuke
“hmm? Dooushite nani yo yama-chan?” Tanyaku kemudian karna bingung pertanyaan Ryosuke
“kenapa kamu melindungiku? Kenapa kamu menolongku? Kau tau aku sangat khawatir”
“gomen ne.. aku menolongmu karna aku gk mau kehilangan sahabat dr kecil yg aku sayangi” jawabku
Lalu aku bangun dari tempat tidur tanpa mempedulikan jahitan yg masih belum kering di perutku
“dame yo.. kau belum boleh bangun kalau kamu bangun nanti jahitannya kebuka lagi” kata Ryosuke yg mencoba membaringkan tubuhku lg
“tapi aku gk mau tidur terus. Pegel tau” kataku
“tp tetap aja kamu gk boleh bangun dulu sampai kata dokter boleh” kata Ryosuke
Aku yg kesal hanya bisa menurutinya saja sambil mengembungkan pipi. Ryosuke yg melihat itu hanya bisa tertawa karna wajahku yg sudah seperti anak kecil yg tidak di belikan mainan.
“hahahaha” tawa Ryosuke meledak karna mukaku itu
“hidoii yo” jawabku dengan gerutu sambil manyun
“ahh gomen. Habis mukamu lucu seperti anak-anak” jawab Ryosuke
“huh.. kenapa banyak yg bilang gitu sih?” gerutuku
“memang mukamu itu lucu sih kayak anak-anak” jawab Ryosuke sambil mencubit pipiku
“itaii yo.. nanti pipiku tambah melar nih” jeritku karna cubitan Ryosuke
“biarin aja, biar tambah lucu” jawabnya
Aku yg mendengar itu hanya bisa bengong dan tersenyum. Sampai seketika ponselku berbunyi
“moshi moshi tsuyori-chan doushite” tanyaku heran
“oee-chann kamu dimana aku khawatir nih” jawab tsuyori sambil berteriak membuat telingaku sakit
Tiba-tiba Ryosuke mengambil ponselku dan dia yg berbicara pada tsuyori
“tsuyori-chan.. yamada ryosuke desu.. kamu jangan kaget dulu lebih baik kamu ke rumah sakit dekat tempatmu dan bawakan baju tidur ganti buat kakakmu ini” kata Ryosuke
“apa di rumah sakit? Iya aku kesana secepatnya” kata Tsuyori
Lalu Ryosuke menutup telponnya
“kau ini kan aku yg sedang berbicara dengan tsuyori” protesku kesal
“maa.. gomen ne.. aku kan gk mau dia sampai kaget juga jd kusuruh dia kesini sambil membawa baju untukmu” jawab Ryosuke asal
“kau ini” jawabku singkat sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian tsuyori dating dengan wajah panik, pucat, dan khawatir
“onee-chan kamu kenapa?” Tanya tsuyori dengan wajah pucat pasi yang melihatku hanya bisa terbaring di tempat tidur
“ahh.. aku gak apa-apa koq” jawabku sambil mencoba membangunkan tubuh untuk duduk
“kau ini sudah di bilang berapa kali sih. Kau gk boleh bangun dulu jahitan di perutmu itu belum kering” kata Ryosuke memperingatkan sambil membaringkan tubuhku lagi
“ehh??!! Onee-chan apa maksudnya dengan jahitan?” Tanya Tsuyori sambil sedikit berteriak
“ahh.. itu.. itu” aku gelagapan
“ya tadi gara-gara menolongku dia jadi tertusuk pisau” jawab Ryosuke dengan wajahnya yg merenung
Tsuyori yg melihat wajah Ryosuke ia langsung mengganti topic pembicaraan
“maa.. yg udh lewat ya sudah.. ngomong-ngomong yg bayar biaya rumah sakit ini siapa dong? Kami gk ada uang buat bayar biayanya” kata Tsuyori khawatir
“ahh.. benar juga” kataku membenarkan kata Tsuyori
“tenang saja kalian berdua tidak usah khawatir karna kau telah menolongku maka sekarang aku yg harus membayarnya bukan? Jadi aku yang akan menanggung biayanya” jawab Ryosuke
Malam itu kami terlalu banyak berbincang-bincang sampai malam jam 11 sehingga membuatku ngantuk
“nee.. minna sepertinya aku mulai mengantuk nih” kataku. Sambil menguap karna saking ngantuknya. Lalu Ryosuke melihat jam tangannya yg menunjukan angka 11 yang artinya jam 11 malam
“maa.. ini memang sudah malam. Lagi pula kau memang harus banyak istirahat. Jadi tidur lah. Aku juga sudah harus pulang. Jha-ne oyasuminasai” kata Ryosuke sebelum meninggalkan ruanganku
“un.. oyasumi” jawabku singkat
Aku melihat Tsuyori yang sudah tertidur lelap di samping tempat tidurku. Lalu aku mencari sebuah selimut di sebuah laci dekat tempat tidurku yang ternyata ada. Lalu aku mengambilnya, membuka selimut itu dan menyelimuti tubuh Tsuyori hingga tertutupi sepenuhnya.
Setelah Ryosuke sampai di rumahnya
“kamu ini dari mana saja Ryo-kun?” Tanya mamanya Ryosuke
“tadi aku habis dari rumah teman tp tiba-tiba ada orang yg ingin mencoba membunuhku lalu..” belum selesai dengan kata-katanya mamanya sudah memotongnya
“apa?! Ada yang mencoba membunuhmu?” Tanya mamanya tersebut
“haik.. lalu temanku membawakan tasku yg ketinggalan di rumahnya dan dia menyadari ada yg mengincarku jadi dia menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungiku. Setelah itu aku membawanya ke rumah sakit, aku baru sadar kalau dia ada penyakit anemia jadi waktu sampai di rumah sakit dia membutuhkan donor darah dan saat itu kebetulan stok darahnya habis jadi aku mencari bantuan lewat temanku yg lain” kata Ryosuke menjelaskan panjang lebar
“sou ka. Baiklah lain kali kau beritahu dulu kalau kau pulang larut ya” kata mama Ryosuke
“haik. Wakatta. Gomenasai” jawab Ryosuke
“ii desu yo.. demo.. lain kali bilang ya”
“haik haik” jawab Ryosuke singkat
Lalu dia jalan ke arah kamarnya dan segera tidur karna besok dia harus bangun pagi-pagi
----------------------- ---------------------------------- --------------------------
Siang harinya
Setelah Ryosuke selesai dengan latihannya ia kembali ke rumah sakit dimana aku dirawat karna kejadian percobaan pembunuhan itu
“konnichiwa” sapa Ryosuke setelah mengetuk dan membuka pintu ruangan VIP tempatku.
“konnichiwa” jawabku dengan Thalia berbarengan
“ahh.. Konnichiwa Yamada-sempai” kata Tsuyori yg sedang mengupas apel
Ryosuke membalas kata-kata Tsuyori hanya dengan senyumnya
“ya ampun gw baru tau ternyata senyumnya manis gitu” kataku dalam hati
“douu.. michiko-chan apa kamu sudah mendingan?” Tanya Ryosuke
“un.. jauh lebih baik.. ya biarpun pegel banget harus tiduran terus seperti ini” kataku
“haha.. tahan saja sebentar lagi juga jahitannya kering koq. Jadi kamu bisa berdiri lagi” jawab Ryosuke menenangkan
“un, wakatta. Aku memang harus sabar-sabar menunggu koq.” Jawabku singkat
“ya elah memang harus sabar michiko-chan. Makanya jangan bangun-bangun mulu” kata Thalia menyindir
“hei kau menyindirku ya?”kataku membuat semua yg ada di ruangan itu tertawa kecil
“konnichiwa” tiba-tiba daiki dan chinen masuk membawa rangkaian bunga
“konnichiwa” jawabku serempak dengan yang lain
“gimana michiko-chan? Daijoubu desuka?” Tanya daiki
“un,, daijoubu”
“itaii desuka?” Tanya chinen dengan polosnya
“tentu saja sakit” jawabku dengan nada sedikit di tekan
Chinen hanya tersenyumm jahilnya. Lalu semua terdiam tanpa ada sedikit kata-kata pun.sampai akhirnya aku juga yg membuka pembicaraan
“arigatou minna. Kalian udah dating untuk menjengukku” kataku pelan
“tentu saja kau kan sahabat baikku” kata Thalia
“mocchiro yo, kau kan sudah jadi bagian dari teman kami” kata daiki
“sou sou” kata chinen dengan wajah polosnya dengan memamerkan gigi kelincinya itu
Aku tersenyum melihat tingkah chinen yg polo situ. Sampai waktunya pemeriksaan dokter yg merawatku pun masuk dan memeriksa keadaanku.setelah selesai memeriksa..
“hmm.. kondisinya semakin bagus nih.. jahitannya juga sudah mulai kering. Mungkin lusa kamu sudah boleh pulang” kata dokter
“hontou ni?”
“hontou” jawab dokter itu
“yatta” kataku sambil sedikit berteriak
“yokatta na michiko-chan” kata Ryosuke
“un.. haha.. yatta” kataku karna saking girangnya
Aku pun kembali jadi gadis yg cerewet dan juga riang. Ryosuke hanya menatapku dengan senyum. Aku pun melihatnya dengan terheran-heran
“hmm?? Doushite yama-chan?” Tanyaku kemudian karna penasaran
“ahh,, iiee.. nandemonai” kata Ryosuke dengan wajah yg sedikit memerah dan panic
“hontou?” tanyaku lagi
“un.. hontou” jawabnya
Lalu yg lain hanya menatap Ryosuke sedang aneh dan terus ngobrol menemaniku sampai jam 5 sore..
“tsukiyomi-san aku, chinen, dan keito pulang dulu ya” kata daiki
“un. Apa kamu mau bareng dengan mereka thalia-chan? Kalau mau aku gk apa-apa koq” kataku bertanya ke Thalia
“ahh. Aku bisa pulang sendiri koq.. lagi pula aku masih mau menemanimu disini” kata Thalia dengan wajahnya yg sedikit di tekuk karna dia tau maksudku
“wakatta” jawabku singkat
“sore de jya ne” kata chinen dengan riangnya seperti terbebas dari penjara
“un” jawabkku singkat
“jaga kesehatan ya” kata daiki
“jangan lupa minum obat dan istirahat” kata keito
“un.. wakatta.. arigatouu” jawabku
“seneng banget punya temen perhatian kayak mereka” kataku dalam hati
“ne.. michiko-chan besok kau mau buah apa?” Tanya Thalia
“hmm.. aku mau jus strawberry ya” jawabku dengan riang
“kamu suka strawberry ya?” Tanya Ryosuke kemudian
“iya banget tuh.. suka banget malah tuh si michiko-chan sampai kayak orang maniak sana strawberry dia” jawab Thalia menggantikan aku berbicara
“hehe” jawabku dengan senyum
“aku juga suka, kalau gitu aku juga mau ya” kata Ryosuke dengan mata yg berbinar-binar seperti anak kecil minta dibelikan mainan
“yasudah.. sebagai gantinya kau temani aku belanja ya” kata Thalia
“yatta” teriak Ryosuke kegirangan sampai salah seorang perawat masuk
“maaf.. suaranya di pelankan sedikit ya karna disini juga banyak pasien” kata seorang suster
“ahh.. gomen” kata Ryosuke singkat dgn wajah yg di tundukan karna malu dan mukanya yg memerah
“humph..” tawa kecilku keluar
“ughh.. kamu ini jangan ditertawai dong” protes Ryosuke
“humph” kali ini Thalia yg tertawa kecil
“ahh.. kau jg sama aja” protes Ryosuke dengan wajahnya yg cemberut
Sesaat tawa kami meledak tp tawa itu hanya pelan dan hanya sesaat
“gomen.. gomen.. habis mukamu lucu sih” kataku sambil mencubit pipi Ryosuke dengan senyum
“huhhh..” gerutu Ryosuke
Sementara yang lain hanya mentertawainya saja
“maa.. kalau begitu aku pergi belanja dulu ya” kata thalia
“un” jawabku singkat
Aku hanya menatap kepergian mereka saja. Thalia dan Ryosuke yang pergi berdua hanya terdiam.
Thali POV~~
Sesaat kemudian aku pun membuka pembicaraan dengan Ryosuke
“umm.. boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku membuka pembicaraan
“Tanya apa?” jawab Ryosuke
“kamu suka sama michiko-chan ya?” Tanyaku to the point
“ehh?! Kau tau dari mana?” Tanya Ryosuke balik
“memang kamu gak nyadar ya? Perhatianmu itu melebihi sahabat” jawabku
“hmm.. sou ka.. jadi sudah ketahuan ya? Memang aku sudah pacaran sama michiko-chan dia cinta pertamaku” jawab Ryosuke sambil memejamkan matanya mengingat masa lalunya yg menyenangkan sebentar
“kalau gitu jaga dia.. dia anak yang baik. Aku suka kalau dia tersenyum hanya saja tubuhnya yg lemah.. kalau aku lihat senyumnya sampai hilang dan itu gara-gara kamu aku gak akan maafin kamu” gertakku
“sudah seharusnya kan.” Jawab Ryosuke sambil tersenyum menatap Thalia
“tapi.. kenapa dia gak cerita sama aku ya?” gerutuku
“dia kan baru sembuh sakit.. lagi pula kami baru pacaran kemarin sebelum michiko masuk rumah sakit” kata Ryosuke sambil tersipu malu
Setelah sampai di supermarket mereka langsung mencari bahan tujuan mereka yaitu strawberry lalu setelah selesai berbelanja Ryosuke mengantar aku pulang dan Ryosuke langsung pulang. Setelah masuk ke rumah aku pun lansung membuat jus strawberry yang aku minta lalu setelah selesai dia masukan ke kulkas agar dingin pada saat dibawa nanti
---------------------- ---------------------- ----------------------
Michiko POV~~
Keesokan harinya di rumah sakit Ryosuke sudah datang sebelum Thalia sampai. Beberapa menit kemudian Thalia datang. sesuai dengan kata Thalia dia datang dengan membawa jus strawberry yang telah dia buat kemarin
“ini untukmu michiko-chan” kata Thalia sambil menyodorkan sebotol penuh jus strawberry
“arigatou Thalia-chan” kataku sambil tersenyum
“lalu buatku mana?” Tanya Ryosuke
“loh bukannya kamu ngak pesen?” kata Thalia menjahili Ryosuke
“aku memesannya koq” jawab Ryosuke dengan wajah yang mulai ditekuk
Aku dan Thalia hanya tertawa melihatnya
“hai..hai.. ini jus strawberry pesananmu. Aku ngak lupa koq” kata Thalia sambil memberikan sebotol penuh juga jus strawberry ditambah dengan senyumnya
Ryosuke yang menerima jus itu hanya tersenyum sumringah
“arigatou Thalia-chan” kata Ryosuke
“douitashimasta” jawab Thalia
Sambil meminum jus yang di buat oleh Thalia kami berbincang-bincang sampai tiba-tiba dokter yg merawatku masuk membuat mata kami teralih ke pintu yg baru saja terbuka dan membuat ruangan hening sejenak
“ah.. kenapa muka kalian seperti orang bingung?” kata dokter
“ehh?! Iee.. nandemo.. kami Cuma kaget aja tiba-tiba pintunya terbuka” jawabku
“haha.. kamu ini.. kamu minum apa?” Tanya sang dokter
“ahh.. ini jus strawberry dokter Thalia yang buat loh” jawabku sambil tersenyum
“wah kayaknya enak tuh” canda dokter
“dokter mau?” Tanya Thalia
“iiee.. saya gak mau.. saya udah kembung.. saya kesini Cuma mau visit pasien sekalian mau meriksa kondisi kamu Michiko-chan” kata dokter itu
“sou ka..” kata thalia
“tolong kalian keluar dulu seperti biasa aku mau memeriksa michiko-chan dulu”
“hai” jawab Thalia disusul oleh Ryosuke
Setelah di periksa Thalia dan Ryosuke pun masuk kembali ke ruangan
“yup kamu udah boleh pulang sekarang” kata dokter
“hontou?” tanyaku
“hontou. Memangnya kamu masih mau disini?” Tanya si dokter dengan candanya
“hehe.. ngak sih.. bosen aku disini mulu” jawabku
Mendengar jawabanku dokter itu pun memberikan surat sudah boleh pulang. Setelah mengurus administrasinya aku pun pulang dengan ditemani oleh thalia dan Ryosuke.
Dalam perjalanan pulang kami bertemu dengan daiki yg wajahnya di tutupi dengan kerudungan jaketnya
“ne.. itu bukannya arioka-kun?” tanyaku
“ahh.. iya itu arioka-kun” kata thalia
“dai-kun” sapaku sambil menepuk pundaknya pelan
Daiki yang di panggil pun langsung menengok dan melihat kea rah kami.. kami yang melihat wajahnya terkejut karna ada darah di sudut bibirnya itu
“dai-kun kamu kenapa?” Tanya thalia sedikit khawatir
“iiee.. daijoubu” jawabnya singkat dan dengan nada sinis
“thalia-chan sebaiknya kamu ajak daiki ke rumahmu untuk di obati dulu” kataku khawatir
“un.. wakatta.. ayo arioka-kun” kata thalia
Daiki hanya mengangguk setuju..
“kalau begitu aku pulang dulu ya” kataku sambil menarik lengan Ryosuke
“eh?!” kata Ryosuke spontan dengan jawabannya yang pelan
Aku melihat Ryosuke dengan tatapan ada maksud, Ryosuke mengerti maksudku dan menyetujuinya saja
“baiklah aku antar michiko-chan pulang dulu ya.. jaa-ne” kata Ryosuke
“jaa-ne.. kiotsukero ne” kataku
“un jaa-ne” kata daiki thalia hanya menatapku dengan senyum
“ayo yama-chan” kataku
“un” jawabnya singkat
Lalu aku dan Ryosuke pun pergi meninggalkan thalia dan daiki berdua. Saat di jalan menuju ke rumahku aku sedikit ngobrol dengan Ryosuke
“ne.. michiko-chan” kata Ryosuke
“doushita yama-chan?” tanyaku
“aku mohon jangan panggil aku seperti itu” kata Ryosuke sambil memohon
“lalu mau di panggil apa dong?”
“panggil aku dengan namakecilku saja”
“eh?!” sebentar aku berhenti di tengah jalan karna kaget sambil bengong karna bingung
“aku ingin kau memanggilku seperti itu.. apa kamu gk mau?” tanyanya balik
“iiee.. bukan begitu.. hanya saja aku..” aku terdiam sesaat sampai Ryosuke menanyakannya kembali
“hanya apa? Kau tidak terbiasa?”
“un.. aku gak kebiasa memanggil nama kecilmu” jawabku sambil pandangan tetap tertuju lurus pada jalanan
Lalu ryosuke berhenti melangkah, aku yg melihat ryosuke berhenti aku pun menghentikan langkahku
“kalau gitu kau coba aja dulu.. siapa tau nanti kau jadi terbiasa” katanya sampai wajahnya merona
“wakatta ry.. ry.. ryo-kun” kataku dengan wajah yang sedikit memerah
“nah gitu dong” kata Ryosuke sambil memperlihatkan senyumnya
Lalu aku dan Ryosuke berjalan dan berjalan sampai aku tiba di depan rumahku
“jaa-ne.. arigatou.. sudah mengantarku pulang” kataku
“douitasimasta. Jaa-ne” kata ryosuke
Lalu Ryosuke menatapku yang akan berjalan selangkah menuju rumah dan dengan gerakan tangan yang cepat dia menarik lengan kananku sehingga aku melihat ke arah wajahnya setelah itu tanpa sadar dia mencium kenigku.. aku tidak bisa berkata apa pun yang aku bisa hanya bengong dan terdiam.
“sudah ya.. hati-hati di rumah. Jaa-ne” kata ryosuke sambil menjauhkan wajahnya dariku dan berlari sambil meninggalkan tempatku
Aku hanya bisa terdiam dan bengong di depan pintu masuk rumahku
“yang barusan itu Ryo mencium keningku?” tanyaku dalam hati sambil membuyarkan lamunanku dan berjalan masuk ke dalam rumah denga wajah yang memerah
Thalia POV
Setelah sampai di rumahku aku langsung mengambil kotak obat dan memakaikannya ke Daiki
“kamu ini kenapa bisa sampai kayak gini sih?” tanyaku
“nandemonai.. sebenarnya tadi hanya berkelahi sedikit” jawab daiki enteng
“apa?! Sedikit? Sampai buat sudut di bibirmu ini berdarah? Itu kamu bilang sedikit?” Tanyaku dengan sedikit emosi sampai membuat daiki yang sedang ku obati kesakitan
“itaiii.. pelan-pelan dong. Ya sudah lah ini luka ringan koq” jawabnya asal sampai menahan rasa perihnya
“kalau gitu tahan sedikit dong kamu kan cowo.. masa merintih gitu sih.. tadi di pukul sampai berdarah gini bisa nahan rasa sakitnya masa sekarang enggak?” jawabku dengan cuek
“wakatta wakatta”
“sudah selsai nih... kamu laper gk?” tanyaku sambil membereskan obat-obat yg kupakai untuk mengobati daiki tadi
“arigatou.. hmm.. laper sih” jawab daiki
“kalau gitu aku masak dulu ya”
“memang kamu bisa masak?” Tanya daiki
“heii.. jangan meremehkanku dong.. aku bisa masak koq.. ya biarpun gk seenak michiko yang buat” jawabku
“hahaha.. aku gak meremehkanmu koq” kata Daiki sambil tersenyum
Aku juga hanya bisa membalas dengan senyum juga sambil melangkahkan kakiku menuju dapur. Pada saat aku sedang berada di dapur dan sedang memotong sayuran untuk direbus tiba-tiba daiki memelukku
“a.. apa?” tanyaku dalam hati karna bingung
“aku tau kamu bingung, kenapa aku memelukmu kan? Datte daisuki dakara” kata daiki sambil mempererat pelukannya
Aku terdiam sesaat
“jadi apa kamu mau menjadi pacarku” Tanya Daiki lagi yang masih memelukku
“a.. a.. aku.. aku mau” jawabku malu-malu
“hontou?” Tanya Daiki lagi sambil membalikan badanku untuk menghadap wajahnya
“un” jawabku singkat dengan wajah yang memerah dan malu-malu
“yatta” jawabnya lagi sambil tersenyum, melepaskan pelukannya dan kembali memelukku lebih erat.
“ughh.. daiki sesak.. kau memelukku terlalu erat” jawabku dengan nafas yang susah payah. Setelah mendengar kata-kataku daiki baru melepaskan pelukannya aku pun menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kembali karna sesak
“ahh.. gomen gomen” katanya sambil tersipu malu
“un.. daijoubu” kataku
Lalu dia memelukku lebih lembut dari pada tadi
***
Michiko POV
Keesokan harinya aku pergi dengan thalia ke studio JUMP, ya itu pun karna thalia yang mengajakku pergi sih. Dia memaksaku untuk ikut biar pun sebenarnya aku tau alasannya kenapa dia pingin banget ke sana, apa lagi kalau bukan ketemu ma daiki orang yang dia suka?
“nah kita sudah sampai” kataku berhenti di depan sebuah pintu dengan tulisan ‘studio’ tersebut
“ayo kita masuk” kata thalia bersemangat
“haii haii” kataku malas
Setelah sampai di depan pintu tempat JUMP latihan aku pun membuka pintu,
“konichiwa” sapa ku yang masih di depan pintu tersebut
Serentak mereka semua melihat ke arahku dan thalia. Daiki pun menghampiri thalia yang sudah berdiri di sampingku
“konichiwa thalia-chan” kata daiki setelah berdiri dihadapan thalia. Thalia hanya bisa tersipu malu dan bercampur senang
“konichiwa” sapa thalia
“yabu-kun aku minta break 30 mnt ya” kata daiki
“haii.. wakatta” kata yabu yang masih terduduk sambil mengatur napasnya setelah latihan.
“emm.. kita ngobrol di luar yuk biar bisa berdua aja” ajak daiki sambil berbisik tepat di telinga thalia. Thalia hanya bisa mengangguk tanda setuju
Aku pun hanya bisa diam mematung melihat mereka keluar ruangan. Baru berjalan selangkah aku akan keluar dari ruangan itu tapi ternyata Ryosuke memanggilku
“matte michiko-chan” kata Ryosuke menghentikan langkahku
“nande?” tanyaku dengan salah tingkah akibat kemarin
---flash back---
“ne.. michiko-chan” kata Ryosuke
“doushita yama-chan?” tanyaku
“aku mohon jangan panggil aku seperti itu” kata Ryosuke sambil memohon
“lalu mau di panggil apa dong?”
“panggil aku dengan namakecilku saja”
“eh?!” sebentar aku berhenti di tengah jalan karna kaget sambil bengong karna bingung
“aku ingin kau memanggilku seperti itu.. apa kamu gk mau?” tanyanya balik
“iiee.. bukan begitu.. hanya saja aku..” aku terdiam sesaat sampai Ryosuke menanyakannya kembali
“hanya apa? Kau tidak terbiasa?”
“un.. aku gak kebiasa memanggil nama kecilmu” jawabku sambil pandangan tetap tertuju lurus pada jalanan
Lalu ryosuke berhenti melangkah, aku yg melihat ryosuke berhenti aku pun menghentikan langkahku
“kalau gitu kau coba aja dulu.. siapa tau nanti kau jadi terbiasa” katanya sampai wajahnya merona
“wakatta ry.. ry.. ryo-kun” kataku dengan wajah yang sedikit memerah
“nah gitu dong” kata Ryosuke sambil memperlihatkan senyumnya
Lalu aku dan Ryosuke berjalan dan berjalan sampai aku tiba di depan rumahku
“jaa-ne.. arigatou.. sudah mengantarku pulang” kataku
“douitasimasta. Jaa-ne” kata ryosuke
Lalu Ryosuke menatapku yang akan berjalan selangkah menuju rumah dan dengan gerakan tangan yang cepat dia menarik lengan kananku sehingga aku melihat ke arah wajahnya setelah itu tanpa sadar dia mencium kenigku.. aku tidak bisa berkata apa pun yang aku bisa hanya bengong dan terdiam.
“sudah ya.. hati-hati di rumah. Jaa-ne” kata ryosuke sambil menjauhkan wajahnya dariku dan berlari sambil meninggalkan tempatku
Aku hanya bisa terdiam dan bengong di depan pintu masuk rumahku
“yang barusan itu Ryo mencium keningku?” tanyaku dalam hati sambil membuyarkan lamunanku dan berjalan masuk ke dalam rumah denga wajah yang memerah
---flash back end---
“ bisa kita bicara sebentar?” tanya Ryosuke
“tentang apa?” tanyaku dengan heran
“kita bicara diluar” kata Ryosuke sambil menarik tanganku, aku hanya bisa mengikuti langkahnya
Setelah kami keluar kami bicara di kantin sambil memesan 2 gelas minuman
“jadi kau mau bicara apa?” tanyaku lagi
“maaf atas kejadian kemarin malam” kata Ryosuke
Aku menghiraukan perkataan Ryosuke dan tidak mengatakan satu kata pun. Sehingga tercipta keheningan sesaat. Aku mengaduk-aduk segelas jus strawberry yang dari tadi belum aku minum.
“ne.. apa kau marah” tanya Ryosuke padaku yang dari tadi masih mengaduk-aduk minumanku
“untuk apa aku harus marah? Marah kan gak ada gunanya” kataku sambil menghentikan mengaduk minumanku dan menatap mata coklatnya lekat-lekat.
“ku kira kau marah karna aku..” Ryosuke menggantukan kalimatnya
“karna kau mencium keningku?” kataku dengan wajah yang mulai memerah
“maaf ya” kata Ryosuke sambil menelan ludahnya
“un.. daijoubu” kataku sambil tersenyum
“arigatou” kata Ryosuke
“douitashimasta. Ayo kita kembali pasti yang lain sudah menunggu” kataku
“un” jawabnya singkat
Aku dan Ryosuke pun kembali ke tempat JUMP latihan dengan masalah yang sudah selesai
“tadaima” kataku dan Ryosuke berbarengan
“okaeri” kata chinen dengan riangnya karna kehadiran ryosuke lagi
“dari mana saja kalian berdua?” tanya yabu kemudian
“abis dari kantin beli minum sekalian ngobrol” kata Ryosuke
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“sou ka” kata yabu
Sementara itu daiki dan thalia sedang berjalan jalan mengelilingi studio sambil bergandengan tangan. Dan beberapa saat kemudian setelah aku dan Ryosuke kembali, mereka kembali sambil bergandengan tangan.
“wow.. kalian berdua udah pacaran ya?” kataku asal membuat wajah mereka memerah
Mereka tidak menjawab malah thalia mengajakku pulang.
“ne.. michiko-chan kita pulang yuk.. kasian mereka mau latihan lagi” kata thalia
“un. Wakatta. Minna jya-ne” kataku
Lalu aku dan thalia pun meninggalkan studio tempat mereka dan pulang dengan berjalan kaki bersama thalia. Aku pun mulai membuka pembicaraan
“jadi kapan kau sudah pacaran sama daiki?” tanyaku penasaran
“umm.. baru kemarin sih” jawabnya malu malu
“ehh.. cepat sekali.. omedetto ya”
“hehe.. arigatou” kata thalia kembali
Lalu pponselku pun bergetar tanda sms masuk dan kubuka
From: Ryo-kun
Michiko chan besok kita kencan yuk.. aku yang teraktir deh
Ryosuke-
Aku pun membalasnya
To: Ryo-kun
Un.. jam berapa? Lalu kita bertemu dimana?
Michiko~
Lalu aku mengirimnya.. cukup lama belum ada balasan datang sampai aku menyadari ada seseorang mengikuti.. aku pun mempercepat langkahku.. memang akhir akhir ini ada yang mengikiutiku kemanapun aku pergi tapi aku gak menghiraukannya. Karna kupikir itu hanya perasaanku ternyata aku salah.. aku yakin itu orang yang kemarin.. aku pun mengeluarkan ponselku sambil berlari aku menghubungi Ryosuke aku pun menekan dial. Hubungan tersambung aku langsung berteriak dengan panic
“Ryo-kun tasukete.. ada orang yang…. Hmftt” kataku belum selesai karna orang yang mengikutiku itu dapat mengejarku dan membekap hidung sampai mulutku dengan sapu tangan yang telah diberikan obat bius.. aku pun memberontak tapi aku segera pingsan karna obat bius itu. ponselku masih terhubungi dengan Ryosuke.
“moshi moshi..” kata Ryosuke
“moshi moshi?” kata Ryosuke lagi kali ini dengan nada khawatir.
Berulang kali dia mengucapkan kata kata itu tapi tidak ada jawaban. Ryosuke pun mulai panik..
“sebenarnya ada apa ini?” tanyaku dalam hati sambil setengah sadar
---------------------- ----------------- ----------------------
TBC ya^^.. gomen minna lama menunggu >
Biasa lah karna urusan sekolah n kerjaan blm kelar jd lama >
Hontouni gomenasai v.v seperti biasa juga comment ya^^
jen, mang lo mw ubahin hubungan gw dari Daiki jadi Yabu? arigatou ni *bow*
BalasHapusmw baca dong yang ke 4
jya ne~ *leave*
kalo u mau gw bisa koq..
BalasHapus